Beranda | Artikel
Khutbah Jumat - Bersaing Menggapai Surga Tertinggi
Kamis, 11 Juli 2019

Bersaing Menggapai Surga Tertinggi

Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc, MA

Khutbah Pertama

إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.

معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون

Sesungguhnya di antara konsekuwensi dari ke Maha Adilan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Allah tidak akan menyamakan kedudukan antara hamba-hambaNya yang rajin beribadah dengan yang ibadahnya lebih sedikit di surga. Allah mengisyaratkan hal ini dalam banyak firmanNya yang di antaranya,

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (132)

Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am : 132)

هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (163)

(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al0-‘Imran : 163)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga menyebutkan dalam ayat yang lain,

لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (10)

Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid : 10)

Meskipun di dalam ayat ini Allah sebutkan bahwa mereka sama-sama dijanjikan surga, akan tetapi surga bagi masing-masing mereka berbeda.

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (32) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ (33)

Kemudian Kitab (Alquran) itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Bagi mereka) surga ‘and, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.” (QS. Fathir : 32-33)

Di dalam ayat ini dengan jelas Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan tiga golongan manusia yaitu yang berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri, orang-orang pertengahan yang hanya mengerjakan yang wajib-wajib namun tidak melakukan yang sunnah dan, dan orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan serta melakukan hal-hal yang disunnahkan, dan mereka semua ini kata Allah akan di masukkan ke dalam surga, akan tetapi tentunya surga bagi mereka berbeda tingkatannya.

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam surah Al-Waqi’ah,

وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12)

Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.” (QS. Al-Waqi’ah : 10-12)

Lalu Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam beberapa ayat setelahnya,

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ (27) فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ (28) وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ (29) وَظِلٍّ مَمْدُودٍ (30) وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ (31) وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ (32) لَا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ (33) وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ (34) إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37) لِأَصْحَابِ الْيَمِينِ (38) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (39) وَثُلَّةٌ مِنَ الْآخِرِينَ (40)

Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al-Waqi’ah : 27-40)

Dari sini menunjukkan bahwa Allah memberikan tingkatan berbeda bagi hamba-hambanya di surga.

Di dalam surah Ar-Rahman Allah Subhanahu wa ta’ala juga menggambarkan,

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46)

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (QS. Ar-Rahman : 46)

Lalu Allah berfirman pada beberapa ayat setelahnya,

وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ (62)

Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.” (QS. Ar-Rahman : 62)

Para ulama menyebutkan bahwa kedua surga ini berbeda tingkatannya. Surga yang pertama diperuntukkan bagi para Nabi dan Rasul, para orang-orang khusus di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, adapun surga yang kedua diperuntukkan bagi kaum muslimin secara umum.

Sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah mengisyaratkan bahwasanya surga itu bertingkat-tingkat. Di antaranya adalah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ فِي الجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ، فَاسْأَلُوهُ الفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الجَنَّةِ وَأَعْلَى الجَنَّةِ – أُرَاهُ – فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الجَنَّةِ }صحيح البخاري (4/ 16{9

Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat (kedudukan) yang Allah menyediakannya buat para mujahid di jalan Allah dimana jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi. Untuk itu bila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia adalah tengahnya surga dan yang paling tinggi. Aku pernah diperlihatkan bahwa diatas firdaus itu adalah singgasanannya Allah Yang Maha Pemurah dimana darinya mengalir sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari 4/916 no. 2790)

Dalam hadits ini Rasulullah tidak menyebutkan bahwa Allah menjadikan jarak antara daratan dan bukitan, akan tetapi Allah menjadikan jaraknya seperti antara langit dan bumi, sungguh sangat jauh perbedaannya. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata tentang hadits ini, “Sebagaimana orang-orang yang berjihad memeiliki derajat sampai seratus derajat dan tidak sama satu dengan yang lainnya, maka demikian pula dengan ahli ibadah dan ketaatan lainnya yang tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya.

Dalam hadits lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ، كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ مِنَ الْأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ أَوِ الْمَغْرِبِ، لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ، قَالَ: بَلَى، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا بِاللهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ} صحيح مسلم (4/ 2177{(

Sesungguhnya penghuni surga benar-benar melihat penghuni kamar-kamar di atas mereka seperti kalian melihat bintang terang lewat dari ufuk timur atau barat karena perbedaan keutamaan diantara mereka.” Mereka bertanya: Itu tempat-tempat para nabi yang tidak dicapai oleh selain mereka? Beliau menjawab: “Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul.” (HR. Muslim no. 2831)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا }سنن أبي داود (2/ 73{(

Dikatakan kepada orang yang membaca Al Qur’an: “Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil (jangan terburu-buru), sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Abu Daud 2/73 no. 1464)

Berdasarkan hadits ini, sebagian para ulama seperti Al-Khattabi dalam Ma’alimussunan, Ibnul Mulaqqin dalam Al-Taudhih, dan yang lainnya menyatakan bahwasanya surga itu ada sekitar enam ribu tingkatan berdasarkan jumlah ayat-ayat di dalam Alquran.

Dari keterangan ini pula kita tahu bahwa di surga terdapat begitu banyak tingkatan surga. Oleh karenanya hendaknya seseorang berlomba-lomba untuk meraih surga tertinggi di surga.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wata’ala,

Sesunggunya seseorang harus memiliki cira-cita yang tinggi berkaitan dengan surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ، فَاسْأَلُوهُ الفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الجَنَّةِ وَأَعْلَى الجَنَّةِ }صحيح البخاري (4/ 16{9

Apabila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia adalah tengahnya surga dan yang paling tinggi.” (HR. Bukhari 4/916 no. 2790)

Oleh karenanya dalam begitu banyak ayat Allah Subhanahu wata’ala juga memerintahkan kepada kita untuk berlomba-lomba dan bersaing. Di antaranya Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (21)

Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadid : 21)

Allah Subhanahu wata’ala juga berfirman,

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (148)

Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 148)

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali-‘Imran : 133)

Bahkan dalam firmanNya yang lain, Allah Subhanahu wata’ala memuji orang-orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan. Setelah Allah menyebutkan tentang penghuni surga, maka kemudian Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61)

Mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun : 61)

Begitupula tatkala Allah Subhanahu wata’ala menyebutkan tentang para Nabi, Allah ta’ala berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (90)

Sungguh, mereka (para Nabi) selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’ : 90)

Bahkan di surah Al-Muthaffifin Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan untuk bersaing dalam melakukan kebaikan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ (22) عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ (23) تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ (24) يُسْقَوْنَ مِنْ رَحِيقٍ مَخْتُومٍ (25) خِتَامُهُ مِسْكٌ وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ (26)

Sesungguhnya orang yang taat itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifin : 22-26)

Maka bersainglah dan jadikan kawan-kawan kita sebagai saingan dalam meraih surga yang tertinggi.

Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا }صحيح البخاري (1/ 25{(

Tidak boleh hasad kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Bukhari 1/25 no. 73)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk hasad kepada dua jenis orang ini agar kita bisa bersaing dengan mereka.

Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,

Sesungguhnya umur kita hanya sedikit dan tidak panjang. Jikalau sekiranya seseorang meninggal dalam usia 60 tahun, kemudian dipotong masa sebelum balighnya 15 tahun, kemudian dipotong waktu yang digunakan untuk tidur kurang lebih 1/3 hari, kemudian ditambah dengan kesibukan-kesibukan yang belum tentu bermanfaat seperti bermain handphone dan yang lainnya, maka berapakah sisa waktu produktifnya untuk beramal?

Oleh karenanya hendaknya seseorang sadar bahwa waktu itu sangatlah berharga. Hendaknya seseorang menyadari bahwa setiap waktu yang dia lalui sangat berpengaruh dengan kedudukannya di surga. Oleh karenanya Ibnu Umar berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ }صحيح البخاري (8/ 89{(

Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (HR. Al-Bukhari 8/89 no. 6414)

Ketika seseorang memiliki niat baik, maka ketahuilah bahwa dia sedang diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya manfaatkan hidayah tersebut, dan jangan tunda-tunda untuk melaksanakan niat baik tersebut.

Justru seseorang tatkala di akhir hayatnya dia berpacu untuk semakin cepat. Salah seorang sahabat tatkala sudah semakin tua ternyata semakin kuat ibdahanya, maka seseorang bertanya kepadanya, “Kenapa semakin giat beribadah? Bukankah Anda memiliki udzur?” Maka kemudian dia menjawab, “Tidakkah engkau melihat kuda yang berpacu? Tatkala hendak mencapai garis finish maka dia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar bisa sampai pada garis tersebut”.

Maka seseorang hendaknya berpacu dalam kebaikan agar dapat memperoleh derajat tertinggi dalam surga Allah Subhanahu wata’ala.

إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينِنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ فِيهِ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/3375-khutbah-jumat-bersaing-menggapai-surga-tertinggi.html